Breaking News

Pasar Kerja Pamekasan Membaik, BPS Catat TPT Turun Jadi 1,33 Persen

KARIMATAMEDIA, PAMEKASAN — Kondisi ketenagakerjaan di Kabupaten Pamekasan pada Agustus 2025 tercatat menunjukkan perbaikan signifikan. Badan Pusat Statistik (BPS) Pamekasan melaporkan penurunan angka pengangguran serta peningkatan partisipasi angkatan kerja dibandingkan tahun sebelumnya.

Kepala BPS Pamekasan Parsad Barkah Pamungkas menjelaskan perbaikan ini terlihat dari turunnya Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menjadi 1,33 persen dan naiknya Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) menjadi 79,85 persen.

“Jika dibandingkan Agustus 2024, angka TPT turun dari 1,64 persen menjadi 1,33 persen, sementara TPAK ikut naik. Ini menunjukkan dinamika pasar kerja kita bergerak positif,” ungkap Parsad Barkah.

Ia menambahkan, jumlah angkatan kerja tahun ini mencapai 550.693 orang atau bertambah lebih dari sepuluh ribu orang. Sementara jumlah penduduk yang bekerja juga meningkat hingga menyentuh 543.357 orang.

Baca Juga:  Polres Sumenep Ringkus Pelaku Pencabulan Anak di Bawah Umur

Menurutnya, sektor pertanian masih menjadi tulang punggung penyerapan tenaga kerja di Pamekasan dengan kontribusi mencapai 54,83 persen. “Dominasi sektor pertanian menguat, sementara sektor jasa juga mengalami kenaikan, meski sektor manufaktur justru menurun cukup tajam dibandingkan tahun lalu,” jelasnya.

Parsad Barkah menyampaikan, sebagian besar penduduk bekerja berada pada kategori informal yang porsinya mencapai 77,70 persen. Ia menyebut, penduduk yang bekerja dengan pendidikan rendah masih mendominasi dengan komposisi lebih dari separuh total pekerja.

Baca Juga:  Heboh! Dugaan Keracunan MBG di Pamekasan, Delapan Siswa Jalani Perawatan

“Dari sisi pendidikan, pekerja lulusan SD sederajat masih yang paling banyak. Namun lulusan perguruan tinggi juga menunjukkan tren positif meski proporsinya masih di bawah sepuluh persen,” tuturnya.

Ia menegaskan, angka pengangguran tertinggi justru berada pada mereka yang berlatar belakang pendidikan SMA sederajat, sementara yang berpendidikan SMP ke bawah memiliki TPT terendah karena lebih mudah terserap pada pekerjaan yang tersedia di lapangan.

“Kami melihat adanya tantangan di kelompok berpendidikan menengah dan tinggi, sehingga perlu strategi penguatan kompetensi agar link and match dengan kebutuhan industri,” pungkasnya. (Ziyad/Ns)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *