KARIMATAMEDIA, PAMEKASAN — Momentum Apel dan Resepsi Hari Ulang Tahun PGRI ke-80 dan Peringatan Hari Guru Nasional 2025 menjadi panggung penting bagi Pemerintah Kabupaten Pamekasan untuk menegaskan komitmen memperkuat lingkungan pendidikan yang bebas bullying dan semakin ramah bagi peserta didik.
Bupati Pamekasan, KH Kholilurrahman, menegaskan perlunya terobosan konkret untuk memastikan sekolah menjadi ruang yang aman dan menyenangkan bagi anak-anak. Ia menyampaikan dua fokus utama yang perlu dikuatkan pada tahun mendatang.
“Kita ingin sekolah-sekolah di Pamekasan benar-benar menjadi Sekolah Ramah Anak. Tempat di mana anak merasa betah, nyaman, dan aman dari tindakan perundungan,” terang Bupati.
Selain itu, ia menekankan pentingnya menghidupkan kembali pembelajaran di luar ruangan sebagai bagian dari inovasi pendidikan.
“Outdoor learning harus diterapkan di semua tingkatan. Mulai dari KB, TK, SD, SMP, sampai SMA. Anak-anak perlu belajar bersama alam, mengenali lingkungan, agar mental mereka lebih kuat,” tambahnya.
Ia mencontohkan beberapa lokasi yang potensial menjadi ruang belajar luar kelas, seperti Puncak Ratu, wilayah Pakong, hingga kawasan Talang Siring. Menurutnya, pembelajaran outdoor mampu membentuk kepedulian lingkungan sekaligus karakter yang lebih tangguh.
Bupati juga menyinggung pentingnya dedikasi guru, yang menurutnya tidak boleh hanya diukur dari penghasilan semata. Ia meminta pemerintah memberi perhatian khusus kepada guru-guru yang memiliki rekam jejak pengabdian yang baik.
Untuk memacu kinerja guru, Bupati mengusulkan perubahan mekanisme penghargaan pada tahun depan.
“Tidak hanya juara satu, dua, atau tiga. Kita usulkan adanya ‘The Best Ten’ atau bahkan ‘The Best Twenty’ untuk guru SD, SMP, dan SMA, karena jumlah sekolah kita banyak. Khusus kepala sekolah cukup The Best Three,” tegasnya.
Menurutnya, pemberian penghargaan menjadi pemicu penting yang mampu meningkatkan motivasi, tidak hanya sekedar instruksi struktural.
Sementara itu, Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Pamekasan, H. Jamil, M.Pd., mengingatkan kembali beratnya tantangan yang kini dihadapi para pendidik.
“Guru adalah pilar peradaban. Di tangan gurulah masa depan bangsa dibentuk. Namun hari ini guru berhadapan dengan degradasi moral dan gempuran teknologi yang luar biasa,” ucapnya dalam sambutan.
Ia menambahkan bahwa guru kerap berada dalam posisi dilema saat menjalankan tugas.
“Guru dituntut tegas untuk membentuk karakter, tapi di lain sisi ada rasa takut dikelirukan, bahkan dibawa ke jalur hukum. Kekhawatiran ini melemahkan keberanian guru bertindak demi kebaikan murid,” jelas Jamil.
Karena itu, PGRI Pamekasan meminta dukungan dari aparat penegak hukum agar kasus-kasus yang melibatkan guru saat menjalankan tugas pendidikan dapat diselesaikan lebih dulu dengan pendekatan mediasi.
“Kami berharap ada instruksi jelas dari kepolisian maupun kejaksaan agar persoalan guru bisa menempuh jalur mediasi atau restorative justice sebelum hukum formal ditegakkan,” tegasnya.
Dengan berbagai masukan tersebut, momentum Hari Guru Nasional di Pamekasan tak hanya menjadi perayaan, tetapi juga dorongan kuat untuk membenahi sistem, memperkuat guru, serta memastikan sekolah menjadi tempat tumbuh yang sehat bagi generasi mendatang. (Ziyad/Ns)
Karimata Media Dinamika Madura