Guncangan Kuat M6,0 di Pulau Sapudi: Sejarah Gempa Sumenep Kembali Terulang

KARIMATA.NET, SUMENEP – Gempabumi tektonik berkekuatan Magnitudo 6,0 mengguncang wilayah Pulau Sapudi, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, pada Selasa (30/9/2025) pukul 23.49.44 WIB. Episenter gempa berada di laut pada koordinat 7,35° LS dan 114,22° BT, sekitar 58 kilometer arah tenggara Sumenep, dengan kedalaman hiposenter dangkal hanya 12 kilometer. Getaran kuat dirasakan hingga ke berbagai wilayah di Jawa Timur, Bali, hingga Lombok.

Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG, Dr. Daryono, menyampaikan bahwa gempa ini merupakan jenis gempa kerak dangkal (shallow crustal earthquake) yang dipicu oleh aktivitas sesar aktif di dasar laut.

“Gempa ini berasosiasi dengan perpanjangan sesar offshore Zona Kendeng atau Madura Strait Back Arc Thrust. Mekanisme sumber gempa menunjukkan pergerakan naik (thrust fault),” terang Daryono.

Ia menjelaskan, dampak paling signifikan dirasakan di Pulau Sapudi dengan skala intensitas V–VI MMI, yang cukup kuat untuk merusak bangunan rumah. 

Selain di Pulau Sapudi, getaran juga dirasakan di Sumenep, Pamekasan, dan Surabaya dengan skala intensitas III–IV MMI. Di wilayah Tuban, Denpasar, Gianyar intensitas tercatat III MMI, sedangkan di Tabanan, Buleleng, Kuta, Banyuwangi terasa pada skala II–III MMI. Getaran lemah juga dirasakan hingga Lombok Utara, Mataram, Lombok Tengah, Malang, dan Blitar dengan skala II MMI.

Daryono menambahkan, kerusakan bangunan di Pulau Sapudi terjadi karena beberapa faktor, diantaranya kedalaman gempa yang sangat dangkal, kondisi tanah yang lunak, serta struktur bangunan rumah masyarakat yang lemah dan tidak memenuhi standar tahan gempa.

Hingga Rabu (1/10) pukul 12.00 WIB, BMKG telah mencatat sebanyak 117 kali gempa susulan (aftershocks). Gempa susulan terbesar tercatat Magnitudo 4,4 dan terkecil Magnitudo 1,9.

Sumenep sendiri memiliki sejarah panjang kejadian gempa merusak. Di antaranya Gempa Sumenep tahun 1863, Gempa Sumenep–Sapudi tahun 1891, dan Gempa Sumenep 1904. Dalam catatan modern, pada 13 Juni 2018 terjadi gempa M4,9 yang merusak beberapa rumah. Selanjutnya gempa M6,4 pada 11 Oktober 2018 menyebabkan 3 orang meninggal dunia, 34 orang luka-luka, dan 210 rumah rusak. Lalu pada 2 Maret 2019 terjadi gempa M5,0 yang merusak enam rumah dan melukai satu orang, serta gempa M4,9 pada 2 April 2019 yang menyebabkan 26 rumah rusak di Pulau Raas.

Catatan sejarah ini menunjukkan bahwa wilayah Sumenep dan sekitarnya merupakan kawasan aktif gempabumi dan memiliki potensi terulangnya kejadian gempa kuat di masa mendatang. (Lumi/Suk)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *