KARIMATA.NET, PAMEKASAN – Komitmen Palang Merah Indonesia (PMI) dalam mendukung peningkatan sanitasi dan kesehatan masyarakat terus diwujudkan secara nyata. Rabu pagi (25/06/2025), toilet komunal diresmikan di wilayah Jagalan, Kelurahan Barkot, Kecamatan Pamekasan. Fasilitas ini merupakan hasil kerja sama antara PMI dengan Federasi Palang Merah Internasional (IFRC) sebagai kelanjutan dari program pemberantasan polio.
Peresmian toilet komunal dihadiri oleh Ketua Bidang Kesehatan PMI Pusat, Prof. dr. Fachmi Idris, bersama perwakilan IFRC Indonesia, Singapura, dan Timor Leste Agung Lestiyawan, Sekretaris PMI Jawa Timur Edy Purwinarto, serta dihadiri oleh jajaran PMI Pamekasan, Sekda Pamekasan, Camat Pamekasan, Lurah Barkot, dan sejumlah tokoh masyarakat serta warga sekitar.
Wakil Ketua PMI Pamekasan, Suharyono, M.Pd., menjelaskan bahwa pembangunan toilet komunal ini merupakan bagian dari program Sustainable Recovery Management Centre (SRMC), sebagai lanjutan dari operasi internasional yang mendukung pengentasan polio.
“Setelah berhasil memberantas polio di wilayah ini, kita ingin memastikan tidak ada lagi penyebab polio kembali. Salah satunya adalah sanitasi. Toilet ini dibangun oleh Federasi Palang Merah Internasional untuk menjawab kebutuhan dasar tersebut,” terangnya.
Suharyono menambahkan, dengan keberadaan toilet komunal, warga di Jagalan kini tidak lagi membuang air besar sembarangan. Hal ini diyakini mampu mengurangi potensi penyebaran virus polio dan penyakit lainnya akibat buruknya sanitasi.
“Program ini bukan hanya menyasar kesehatan, tapi juga aspek kebersihan lingkungan, bahkan menunjang kegiatan ibadah karena letaknya berdekatan dengan masjid,” lanjutnya.
Dalam sambutannya, Prof. dr. Fachmi Idris Ketua Bidang Kesehatan PMI Pusat menekankan bahwa fasilitas ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang PMI dalam menjaga kesehatan masyarakat.
“Sanitasi adalah fondasi dari kesehatan. Polio memang sudah tidak ditemukan di daerah ini, tetapi upaya pencegahan harus terus berjalan. Toilet komunal ini adalah simbol keberlanjutan dari kerja besar itu,” tegasnya.
Perwakilan IFRC Indonesia, Singapura, dan Timor Leste Agung Lestiyawan juga menyampaikan apresiasinya terhadap kerja sama semua pihak yang terlibat. Ia menyoroti pentingnya kolaborasi antara lembaga internasional dan lokal dalam merespon isu kesehatan berbasis komunitas.
“Keterlibatan langsung masyarakat, dari RT hingga lurah, menjadi faktor kunci kesuksesan program ini,” ucapnya.
Antusiasme masyarakat pun terlihat jelas. Ketua RT Barurambat Kota Pamekasan Hamdi menyampaikan rasa haru dan syukur atas dibangunnya toilet tersebut.
“Kami sangat berterima kasih kepada PMI dan seluruh tim. Dulu, masyarakat di sini harus ke sungai atau kebun, sekarang kami sudah punya toilet yang bagus, bersih, dan bisa dipakai bersama,” ungkapnya.
Ia juga menilai kualitas bangunan toilet sangat baik dan representatif. Selain digunakan oleh warga, toilet ini juga bisa dimanfaatkan oleh jamaah masjid yang sebelumnya hanya memiliki satu kamar kecil.
“Sekarang jamaah bisa wudu dengan nyaman, ini berkah luar biasa,” tambahnya.
Soal perawatan, Suharyono menjelaskan bahwa PMI telah melakukan serah terima secara simbolis kepada Lurah Barkot. Selanjutnya, pengelolaan dan pemeliharaan toilet akan dilimpahkan kepada warga melalui pengurus setempat.
Ketika ditanya apakah program serupa akan berlanjut ke lokasi lain, Suharyono menyebutkan bahwa hal itu bergantung pada kasus dan kebutuhan yang muncul di masa depan.
“Fokus kami saat ini adalah memantau efektivitas toilet komunal ini. Jika ada kasus polio atau kebutuhan sanitasi di wilayah lain, maka pembangunan bisa berlanjut,” ujarnya.
Adapun untuk biaya pembangunan toilet ini, Suharyono menyebut bahwa seluruhnya berasal dari donasi Federasi Palang Merah Internasional.
“Dari sisi pendanaan, kita tidak menggunakan APBD. Ini murni sumbangan dari IFRC, dan ini bukti hebatnya kolaborasi lintas negara dalam mengatasi persoalan lokal,” pungkasnya.
Peresmian toilet komunal di Jagalan ini menjadi bukti nyata bahwa upaya pencegahan penyakit tidak berhenti pada vaksinasi semata. Infrastruktur pendukung seperti sanitasi juga memegang peran krusial. Harapannya, model seperti ini bisa ditiru dan diterapkan di berbagai wilayah lain yang menghadapi persoalan serupa. (Lumi/Hen)