KARIMATA.NET, GAZA – Gencatan senjata di Jalur Gaza yang telah dinegosiasikan melalui mediasi Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat dijadwalkan mulai berlaku pada Minggu (19/1/2025). Kesepakatan ini memberikan secercah harapan di tengah kondisi kemanusiaan yang terus memburuk akibat konflik berkepanjangan.
Marissa Noriti, Liaison Officer EMT MER-C yang saat ini berada di Deir al Balah, Gaza Tengah, saat on air di Radio Karimata mengungkapkan bahwa gencatan senjata ini akan dilakukan dalam tiga tahap.
Pada tahap pertama yang berlangsung selama enam minggu, Israel akan menarik pasukan dari Jalur Gaza dan menghentikan serangan udara selama 10 jam setiap hari. Selama momen serah terima tawanan, penghentian serangan udara akan diperpanjang hingga 12 jam. Selain itu, Israel juga akan membuka akses masuk bagi truk bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Tahap kedua dan ketiga ditargetkan untuk mewujudkan gencatan senjata permanen, yang pelaksanaannya akan bergantung pada hasil evaluasi tahap pertama.
Namun, hingga Kamis (16/1/2025), serangan udara Israel masih berlangsung di Gaza meskipun kesepakatan telah disetujui kedua belah pihak.
“Saat ini di Jalur Gaza tidak ada tempat yang benar-benar aman, termasuk fasilitas rumah sakit yang sudah banyak tidak berfungsi, Kondisi ini membuat tim medis kewalahan menangani para korban serangan,” ujarnya.
Infrastruktur di Gaza hancur parah, termasuk rumah sakit yang sebagian besar tidak dapat beroperasi dengan baik. Hanya beberapa unit yang masih berfungsi, sementara kekurangan tenaga medis dan peralatan menjadi tantangan besar.
Dalam situasi yang sangat sulit ini, tim MER-C Indonesia terus menunjukkan komitmennya. “Kami akan terus mengirimkan tim medis secara bertahap untuk membantu warga Palestina di Jalur Gaza,” tegas Marissa.
Gencatan senjata ini diharapkan mampu menjadi langkah awal untuk mengakhiri penderitaan yang dialami warga Gaza. Meski demikian, keberhasilannya sangat bergantung pada keseriusan dan komitmen kedua pihak dalam menjalankan kesepakatan yang telah disepakati.
Diketahui, Hamas menyerang Israel selatan pada 7 Oktober 2023, menewaskan sekitar 1.200 orang dan membawa 251 orang kembali ke Gaza sebagai sandera.
Serangan tersebut memicu serangan besar-besaran Israel di Gaza, yang menewaskan lebih dari 46.000 warga Palestina, menurut badan kesehatan yang dikelola Hamas Kementerian. (Ziyad/Ans)